Pertambangan

Harga Batu Bara Menguat, APBI Sebut Imbas Kesepakatan Tarif China-AS

Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI-ICMA) mengatakan kesepakatan penurunan tarif impor antara China dan Amerika Serikat (AS) menjadi salah satu faktor kenaikan harga batu bara mendekati level USD 100 per ton.

Harga batu bara pada penutupan perdagangan Rabu (14/5) berdasarkan situs tradingeconomics, tercatat mencapai USD 99 per ton. Harga batu bara mulai bangkit dari level terendah selama empat tahun di USD 93,7 per ton yang dicapai pada 23 April 2025.

“Ya itu pasti merupakan salah satu impact-nya kita ada (melunaknya perang tarif AS dan China). Tapi untuk harga batu bara ini kan kita tidak bisa generalisir semua,” kata Plt Direktur Eksekutif APBI-ICMA, Gita Mahyarani, saat ditemui di JiExpo Kemayoran Jakarta, Kamis (15/5).

Adapun pemerintah China dan AS sepakat menurunkan tarif impor, sebagai hasil pembicaraan intensif kedua negara yang dilaksanakan di Jenewa, Swiss.

Produk-produk asal AS yang masuk ke China kini dikenai tarif sebesar 10 persen, turun dari sebelumnya 125 persen. Sementara barang-barang dari Tiongkok ke AS dikenai tarif 30 persen, turun dari 145 persen.Plt Direktur Eksekutif APBI-ICMA, Gita Mahyarani, saat ditemui di JiExpo Kemayoran Jakarta, Kamis (15/5/2025). Foto: Fariza/kumparan

Plt Direktur Eksekutif APBI-ICMA, Gita Mahyarani, saat ditemui di JiExpo Kemayoran Jakarta, Kamis (15/5/2025). Foto: Fariza/kumparan

Permintaan Batu Bara RI Berpotensi Turun Imbas Rusia

Meski demikian, selain masalah perang tarif, Gita mengatakan harga batu bara juga dipengaruhi beberapa hal lain, misalnya kenaikan pasokan batu bara dari Rusia ke China.

Dia menyebutkan, saat ini Rusia gencar memasok batu bara ke China dan India. Hal ini berpotensi memengaruhi permintaan batu bara dari Indonesia, sebab jenis produknya hampir sama.

“Batu bara Rusia sekarang salah satunya sudah masuk ke China sama ke India. Mereka mau buat juga agreement dengan India untuk masukin batu bara ke sana,” ungkap Gita.

Namun, Gita belum mengidentifikasi seberapa besar dampak masuknya batu bara Rusia ke China dan India terhadap penambang di Indonesia, mengingat kedua negara tersebut merupakan tujuan utama ekspor batu bara Indonesia.

Hanya saja, dia mencatat permintaan batu bara Indonesia pada April 2025 mulai membaik, jika dibandingkan 3 bulan pertama tahun ini. Hanya saja dia tidak menjelaskan dengan rinci seberapa besar kenaikannya.

“So far setelah bulan April kemarin, terutama memasuki musim panas ini, sepertinya permintaan sudah mulai lumayan ada dibandingkan 3 bulan pertama tahun ini,” katanya.

Di sisi lain, lanjut Gita, pengusaha pertambangan batu bara di Indonesia akan tetap mempertahankan pembelinya sambil memperbaiki kualitas agar lebih kompetitif di pasar global.

Berdasarkan catatan Kementerian ESDM, sepanjang Januari-Maret alias kuartal I 2025, Indonesia memproduksi 171 juta ton batubara bara dengan realisasi ekspor mencapai 123 juta ton.

sumber: kumparan

Bang Ferry

Author: Bang Ferry

Leave a Reply